
Perlu kita ketahui kitab suci itu kedudukannya sangat tinggi bagi yang mempercayainya bahkan berciri otoritatif bagi orang percaya, kitab suci juga ditulis oleh manusia dari zaman dan kebudayaan tertentu yang berbeda dari pembaca mereka masa kini.
Kitab suci sendiri itu berbentuk teks oleh sebab itu akan menimbulkan pemahaman pemahan yang berbeda dari masing masing pembaca dan di sini saya akan menyingung bahanya memahami teks dengan literalisme.
Apa sih literalisme? Literalisme adalah mengatakan kebenaran sesuai apa yang di katakan, atau pendekatan sikap terhadap teks atau tulisan yang menekankan makna harfiah atau “secara harfiah.”
Dalam konteks agama atau interpretasi teks-teks keagamaan, literalisme mengacu pada penafsiran teks suci atau dokumen agama yang menganggap teks tersebut harus dipahami dan diikuti sesuai dengan makna harfiahnya, tanpa banyak memberikan ruang untuk penafsiran kiasan, metafora, atau konteks budaya.
Contoh dan akibat terjadinya memahami teks dengan literalisme akan menyimbulkan perpecahan dan sikap ekrimis, liberal maupun teroris, terhadap manusia beragama lain, contoh pada kasus pembomaban gereja di surabaya Doktrin pelaku pemboman di Surabaya didorong oleh ideologi ekstremis yang memandang bahwa hanya satu interpretasi agama yang benar dan sah.
Mereka mungkin menolak paham keberagaman atau pluralisme agama. Kelompok teroris dapat memiliki doktrin yang membenarkan pemberontakan dan perang suci (jihad) sebagai bagian dari tugas keagamaan untuk memerangi musuh Islam. Para kaum terosisme itu meraka itu memakai memahami teks dengan literalime tanpa melihat kontek dari teks tersebut.
Untuk meyikapi kasus tersebut maka Mencegah literalisme memerlukan upaya bersama dari masyarakat, lembaga pendidikan, dan pemimpin agama. Hal ini dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih terbuka, toleran, dan dapat menerima keragaman interpretasi dalam ranah agama.
Kemudian, mendorong pemahaman bahwa teks-teks keagamaan harus diinterpretasikan dalam konteks budaya, sejarah, dan linguistik mereka. Memahami latar belakang dan konteks di mana teks-teks itu diturunkan dapat membantu menghindari interpretasi yang terlalu harfiah.
Penulis: Abdul Hamid
Editor: Suciyadi Ramdhani