
Keluarga sebagai satuan terkecil masyarakat menjadi basis kuat dalam pendidikan (madrasatul ula) dan sangat strategis dalam upaya penanaman nilai- nilai karakter yang diharapkan termasuk juga nilai nilai moderasi.
Sebagimana disebutkan dalam Hadis, Nabi saw bersabda:
” setiap anak dilahiran dalam keadaan fitrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya? maka dalam pendidikan dan pembentukan karakter anak, peran orang tua sangat central dalam menanamkan pendidikan kepada anak-anaknya.”
Oleh karena itu, orang tua adalah orang yang memiliki peran penting dalam pembentukan karakter anak.
Moderasi beragama atau sikap moderat dalam beragama secara umum merupakan proses memahami sekaligus mengamalkan ajaran agama secara adil dan seimbang. Ini berguna agar terhindar dari perilaku ekstrem atau berlebih-lebihan saat mengimplementasikan dalam kehidupan keseharian.
Terkait dengan sikap moderat dalam beragama bukanlah sesuatu yang jauh dari kehidupan sehari-hari. Moderasi beragama ada dalam relasi suami istri, cara mendidik anak, dan seterusnya. Diantara pendidikan praktis terkait moderasi beragama dalam keluarga adalah memeberikan pemahaman-pemahaman seperti;
Pertama tentang perbedaan tata cara ibadah contohnya dalam pelaksanaan shalat terdapat perbedaan disetiap mazhab yang ada. Terkait hal ini, penting disampaikan bahwa ada perbedaan mazhab dalam pelaksanaan salat, namun tidak mengurangi esensi sholat itu sendiri.
Misal dalam tata cara shalat Subuh ada yang menggunakan doa Qunut dan yang tidak. Juga pelaksanaan dzikir serta doa setelah salat, ada yang berdoa bersama dengan suara jahr keras dan ada yang berdoa sendiri sendiri dengan suara pelan.
Kedua, tentang menyikapi keluarga atau tetangga yang berbeda agama. Agama yang ada disekitar lingkungan tempat tinggal kita, yakni Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Konghuchu. Ajaran Islam mengajarkan untuk menghargai perbedaan agama. Hal ini ditemukan dari penafsiran Q.S al-Baqarah ayat 256 yang menjelaskan tidak ada paksaan untuk masuk dalam agama Islam.
Selain itu, kondisi keanekaragaman di negara ini memerlukan sikap toleransi pada setiap warga negaranya. Sehingga pemahaman moderasi beragama harus diajarkan pada anggota keluarga terutama anak-anak. Ini penting, agar sikap saling menghargai dalam perbedaan agama, tidak menjadikan orang saling menjatuhkan, mengucilkan, maupun menjelekkan atau menganggap paling benar.
Ketiga tentang perbedaan keragaman suku, adat, budaya, bahasa dan tradisi di Indonesia. Perbedaan dan keragaman harus disikapi dengan bijaksana. Sehingga dalam rangka memberikan pendidikan moderasi beragama penting mengedukasi anggota keluarga agar saling menghormati keragaman yang ada dengan cata tolong menolong ,bergotongroyong dan tidak mencela.
Harapannya dengan ditanamkannya nilai nilai moderasi dalam keluarga, akan terwujud masyarakat yang aman, damai dan tentram.
Penulis: Alfian Febriyanto
Editor: Suciyadi Ramdhani